Saturday 18 April 2015

Kahyangan, Wisata Spiritual Kota Wonogiri


Siapa sangka Kota kecil Wonogiri yang terkenal dengan sebutan Kota Gaplek ternyata memiliki tempat wisata spiritual. Salah satunya adalah Kahyangan. Ya, Kahyangan merupakan wisata spiritual yang dimiliki oleh Kota Gaplek. Kahyangan terletak di kecamatan Tirtomoyo berjarak sekitar 30 km dari kota Wonogiri. Sejarahnya Kahyangan merupakan tempat semedi raja Mataram Islam yaitu Danang Suto Wijoyo. Raja yang dikenal dengan sebutan Panembahan Senopati ini merupakan raja pertama di kerajaan Mataram Islam. Konon puncak Kahyangan merupakan tempat dimana Raja Suto Wijoyo menemui Kanjeng Ratu Kidul, hal tersebut merupakan alasan mengapa kita dilarang memakai baju hijau ketika mengunjungi Kahyangan. Pada suatu hari Kanjeng Ratu Kidul datang menjumpai Raja Suto Wijoyo, pada saat yang bersamaan Nyai Puju (Orang Desa yang menaruh hati pada Raja Suto Wijoyo) berniat ingin menjumpai Raja Suto Wijoyo. Ketika Nyai Puju datang, ia melihat Kanjeng Ratu Kidul sedang mengelus-elus tasbih yang terurai di leher Raja Suto Wijoyo. Melihat kejadian tersebut Nyai Puju pun merasa cemburu, ia langsung kembali ke rumahnya menyusuri semak belukar. Karena sudah larut malam Kyai Puju (suami Nyai Puju) bermaksud mencari istrinya. Dari celah-celah semak ia melihat Raja Suto Wijoyo dan Kanjeng Ratu Kidul, tanpa disengaja Kanjeng Ratu Kidul melihat Kyai Puju.
Kanjeng Ratu Kidul berkata kepada Panembahan Senopati bahwa ada yang mengintip mereka. Kyai Puju ketakutan dan langsug bergegas pulang. Kanjeng Ratu Kidul menarik tasbih Panembahan Senopati yang ada di lehernya, tasbih itu pun putus. Manik - maniknya berjatuhan di sungai yang berada di sebelah bawah Sela Gilang. kanjeng Ratu Kidul pun langsung mengajak Raja Suto Wijoyo kembali ke Mataram.
Mitosnya manik-manik yang berjatuhan itu akan membawa berkah yaitu berwujud batu akik yang berlubang ditengahnya. Sebelum berangkat ke Mataram, Kanjeng Ratu Kidul memanggil pembantunya yang bernama  Nyai Widyanangga untuk tinggal dan menjaga kawasan Kahyangan (Nyai Widyanangga harus menjadi pemimpin bagi para makhluk halus yang tinggal di kawasan Kahyangan)
Kanjeng Ratu Kidul juga bersabda bahwa “Barang siapa yang menemukan atau mengambil, membawa batu akik tersebut akan mendapatkan keselamatan, keteguhan, kebahagiaan, dan sebagainya.”
Pada suatu hari Raja Suto Wijoyo mengutus kurirnya pergi ke Kahyangan untuk mencari Nyai Puju dan Kyai Puju agar segera datang ke Mataram. Namun ditengah perjalanan sebelum sampai Mataram, Kyai Puju dibunuh karena ia mempunyai "kesalahan" yaitu mencemburui istrinya ketika berselingkuh dengan Raja Suto Wijoyo. Kyai Puju dibunuh setibanya di daerah Jatibedug. Mayatnya dikubur dipinggir jalan dengan undukan bebatuan ditepi jalan besar.
Setibanya di Kraton Mataram, Nyai Puju menerima hadiah yang bermacam-macam dari Raja Suto Wijoyo. Raja Suto Wijoyo berpesan kepada Nyai Puju agar menjaga kawasan Kahyangan. Setelah menerima beberapa hadiah dari Raja Suto Wijoyo, Nyai Puju kembali ke Kahyangan untuk melaksanakan pesan dari Raja Suto Wijoyo yaitu menjaga kawasan Kahyangan. Nyai Puju semakin tua dan meninggal dunia. Sebagai sesepuh di desa Kahyangan, mayat Nyai Puju dikubur di makam desa Dlepih utara Kahyangan.

Sunday 29 March 2015

Waduk Gajah Mungkur, Bendungan Serbaguna Kota Wonogiri

Bendungan Serbaguna Wonogiri atau Waduk Gajah Mungkur merupakan tempat wisata yang menjadi ikon Kota Wonogiri. Terletak 3 km di selatan kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Waduk Gajah Mungkur dibuat dengan membendung sungai Bengawan Solo pada tahun 1970-an dengan bantuan konsultan dari Nippon Koei Co, Ltd Jepang. Untuk membuat waduk ini, pemerintah menenggelamkan 50 desa dan memindahkan penduduk yang berjumlah 68.750 dengan transmigrasi ke Silitung, Sumatera Barat; Jujuhan, Rimbo Bujang, Alai ilir, Pemenang, Jambi; Air Lais, Sebelat, Ketahun, Ipuh, Bengkulu; Panggang, Baturaja, Sumatera Selatan. Untuk mengabadikan peristiwa bedol desa (transmigrasi), pemerintah daerah membuatkan Patung Bedol Desa yang dibangun tepat di gerbang pintu masuk Waduk Gajah Mungkur. Patung tersebut terdiri dari sepasang suami istri dan kedua anaknya. Terlihat Sang ayah sedang mengangkat topi capingnya dan si anak yang akan pergi ke sekolah, sementara sang ibu sedang menatap lirih sambil menggendong bayinya. Patung Bedol Desa menggambarkan betapa besar pengorbanan warga Wonogiri untuk pembangunan Waduk Gajah Mungkur. 

Waduk dengan luas kurang lebih 8800 ha ini dapat mengairi wilayah Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen, serta menghasilkan listrik untuk wilayah Wonogiri. Selain bermanfaat sebagai pengairan dan tenaga listrik, pembangunan Waduk Gajah Mungkur juga memiliki lain yaitu sebagai flood control atau pengendalian banjir bagi sungai Bengawan Solo dan tempat wisata.
Sebagai tempat wisata, Waduk Gajah Mungkur merupakan tempat rekreasi yang sangat menarik dan indah. Untuk menikmati keindahan perairan, waduk ini memfasilitasi Kapal boat. Selain itu para pengunjung juga bisa menikmati orahraga layang gantung atau yang biasa disebut gantole. Di sisi utara waduk terdapat lapangan luas yang sering digunakan untuk area mendarat paralayang dan juga panggung pertunjukkan musik.
Untuk memasuki area Waduk Gajah Mungkur para pengunjung hanya dikenakan tarif Rp 13.000 per orang. Para pengunjung juga bisa menikmati keindahan danau dengan menaiki perahu kecil dengan tarif Rp 10.000 per orang. Murah bukan? Selain itu ada juga kegiatan yang lebih menantang yaitu arena ATV, untuk menikmati arena ATV para pengunjung cukup mengeluarkan tarif Rp 10.000 untuk 15 menit. Terdapat pula Waterboom Gajah Mungkur yang merupakan wahana baru di Waduk Gajah Mungkur. Hanya dengan tarif  Rp 25.000 per orang para pengunjung sudah bisa berenang di Waterboom ini.
Berwisata ke Waduk Gajah Mungkur tidak lengkap rasanya jika tidak mencicipi masakan khas Jawa Tengah yaitu nasi pecel dan bakso. Disekitar Waduk Gajah Mungkur banyak terdapat warung, toko, dan juga para pedagang yang menjajakan aneka makanan seperti nasi rames, pecel ayam, dan tentunya bakso. Ayo, tunggu apa lagi habiskan waktu liburan anda bersama keluarga di Waduk Gajah Mungkur.

Copyright © Potret Dunia | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑