Siapa sangka Kota kecil Wonogiri
yang terkenal dengan sebutan Kota Gaplek ternyata memiliki tempat wisata
spiritual. Salah satunya adalah Kahyangan. Ya, Kahyangan merupakan wisata
spiritual yang dimiliki oleh Kota Gaplek. Kahyangan terletak di kecamatan
Tirtomoyo berjarak sekitar 30 km dari kota Wonogiri. Sejarahnya Kahyangan
merupakan tempat semedi raja Mataram Islam yaitu Danang Suto Wijoyo. Raja yang
dikenal dengan sebutan Panembahan Senopati ini merupakan raja pertama di kerajaan
Mataram Islam. Konon puncak Kahyangan merupakan tempat dimana Raja Suto Wijoyo
menemui Kanjeng Ratu Kidul, hal tersebut merupakan alasan mengapa kita dilarang
memakai baju hijau ketika mengunjungi Kahyangan. Pada suatu hari Kanjeng Ratu
Kidul datang menjumpai Raja Suto Wijoyo, pada saat yang bersamaan Nyai
Puju (Orang Desa yang menaruh hati pada Raja Suto Wijoyo) berniat ingin
menjumpai Raja Suto Wijoyo. Ketika Nyai Puju datang, ia melihat Kanjeng Ratu
Kidul sedang mengelus-elus tasbih yang terurai di leher Raja Suto Wijoyo.
Melihat kejadian tersebut Nyai Puju pun merasa cemburu, ia langsung kembali ke
rumahnya menyusuri semak belukar. Karena sudah larut malam Kyai Puju (suami
Nyai Puju) bermaksud mencari istrinya. Dari celah-celah semak ia melihat Raja
Suto Wijoyo dan Kanjeng Ratu Kidul, tanpa disengaja Kanjeng Ratu Kidul melihat
Kyai Puju.
Kanjeng Ratu Kidul berkata
kepada Panembahan Senopati bahwa ada yang mengintip mereka. Kyai Puju
ketakutan dan langsug bergegas pulang. Kanjeng Ratu Kidul menarik
tasbih Panembahan Senopati yang ada di lehernya, tasbih itu pun
putus. Manik - maniknya berjatuhan di sungai yang berada di sebelah bawah Sela
Gilang. kanjeng Ratu Kidul pun langsung mengajak Raja Suto Wijoyo kembali
ke Mataram.
Mitosnya manik-manik yang berjatuhan
itu akan membawa berkah yaitu berwujud batu akik yang berlubang ditengahnya.
Sebelum berangkat ke Mataram, Kanjeng Ratu Kidul memanggil pembantunya yang
bernama Nyai Widyanangga untuk tinggal dan menjaga kawasan Kahyangan (Nyai
Widyanangga harus menjadi pemimpin bagi para makhluk halus yang tinggal di
kawasan Kahyangan)
Kanjeng Ratu Kidul juga bersabda bahwa “Barang siapa yang
menemukan atau mengambil, membawa batu akik tersebut akan mendapatkan
keselamatan, keteguhan, kebahagiaan, dan sebagainya.”
Pada suatu hari Raja Suto
Wijoyo mengutus kurirnya pergi ke Kahyangan untuk mencari Nyai Puju dan Kyai
Puju agar segera datang ke Mataram. Namun ditengah perjalanan sebelum sampai
Mataram, Kyai Puju dibunuh karena ia mempunyai "kesalahan" yaitu
mencemburui istrinya ketika berselingkuh dengan Raja Suto Wijoyo. Kyai
Puju dibunuh setibanya di daerah Jatibedug. Mayatnya dikubur dipinggir jalan
dengan undukan bebatuan ditepi jalan besar.
Setibanya di Kraton Mataram, Nyai
Puju menerima hadiah yang bermacam-macam dari Raja Suto Wijoyo. Raja Suto
Wijoyo berpesan kepada Nyai Puju agar menjaga kawasan Kahyangan. Setelah
menerima beberapa hadiah dari Raja Suto Wijoyo, Nyai Puju kembali ke
Kahyangan untuk melaksanakan pesan dari Raja Suto Wijoyo yaitu menjaga kawasan
Kahyangan. Nyai Puju semakin tua dan meninggal dunia. Sebagai sesepuh di desa
Kahyangan, mayat Nyai Puju dikubur di makam desa Dlepih utara Kahyangan.